Road To Pacitan

Pukul 4.30 WIB motor New Jupiter Z hasil pinjaman dari "Ari" sahabat seperjuangan selama kuliah melaju dari Wisma Bougenville, rumah kedua ku.Tidak tahu jalan mana yang harus dilewati, bermodalkan nekat, plank petunjuk jalan, dan sedikit naluri, saya berangkat tanpa perduli dinginya udara kota malang yang menusuk sampai membuat punggungku terasa nyeri, menuju ke kota 1001 goa, kampung halaman bapak SBY. Meskipun dijuluki kota 1001 goa, bukanlah goa yang menjadi tujuanku kesana. Ya, tujuanku tidaklah penting dituliskan disini, biarlah menjadi rahasia kecil yang menyenangkan untuk diriku sendiri.

Modal informasi tentang kota - kota yang harus dilewati menjadi panduanku. Malang - Blitar - Tulungagung - Trenggalek - Pacitan, hanya itu informasi yang saya punya, informasi yang sangat sangat sangat  tidak mendetail untuk menjadi petunjuk jalan. Namun saya bersyukur hidup di Indonesia, negara yang mau membantu orang - orang seperti saya dengan bersedia membuatkan plank petunjuk jalan. Ucapan syukur juga ku panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan naluri untuk memilih jalan yang benar diantar pertigaan atau perempatan, ketika negara ini khilaf tidak membuatkan plank petunjuk jalan.

Bak Komeng diiklan motor, saya melaju. Menuju kota Blitar bukanlah masalah, karena jalanan di Malang sudah menjadi makanan sehari - hari. Barulah sampai di Blitar saya memanfaatkan fasilitas negara dan kadang - kadang harus menggunakan sedikit naluri untuk memutuskan apakah harus belok atau lurus. Sampai di Tulungagung sekitar pukul setengah 6an lah, karena petunjuk jalanya lengkap, tidak ada masalah ketika saya melewati kota ini.Sampai di Trenggalek (Belum Masuk Kota), ada plank belok kiri bertuliskan "Pacitan", tanpa berpikir dan tanpa ragu saya mengikutinya. Dan ternyata jalan yang saya dapati sungguh sunguh berkelok, sangat menanjak, sangat menurun, dan yang paling saya benci adalah longsor dikiri dan kanan serta jalanan yang rusak berlubang. Setelah dari Pacitan, barulah saya tahu, kalau seharusnya saya harus melewati Malang - Blitar - Tulungagung - Trenggalek - "Ponorogo (Belum Masuk Kota)" supaya saya bisa melewati jalanan dimana saya bisa berlagak bak Komeng. Sisi positifnya, saya bisa melihat lebih banyak hal, disuguhi oleh berbagai pemandangan, terutama ketika masuk wilayah pacitan saya disambut oleh keindahan pantai sidomulyo dengan pasir putihnya yang indah.

Pacitan adalah kota kecil dengan penduduk yang sedikit, begitulah gambaran yang saya dapat selama 2 hari berada di sana. Kenapa saya bisa bilang penduduknya sedikit ? inilah alasannya :
  • Malam minggu dimana di kota - kota lain akan menjadi macet tidak karuan, namun di Pacitan ? Sepi dan jalanan lancar
  • Malam minggu dimana di kota - kota lain alun - alun menjadi salah satu tempat tongkrongan yang rame bukan main, namun di Pacitan ? sepi dan tenang
  • Banyak pengendara motor yang mengobrol dijalan, pikiran saya mungkin karena jalannya tidak pernah sibuk
Sisi positifnya saya tidak merasakan macet, bisa menikmati kopi dengan tenang dialun - alun tanpa harus berebut tempat dengan orang lain.

Banyak pantai-pantai indah dengan ombaknya yang keren di Pacitan. Diantaranya Pantai Teleng Ria dan Sraung. Biaya masuk ke tempat wisata ini terhitung sangat murah. Untuk menikmati keindahan Pantai Teleng Ria  biaya masuknya Rp. 5.000/orang, dan jika anda mengendarai sepeda motor akan dikenakan biaya tambahan Rp. 2.000 untuk biaya parkir. 


Teleng Ria

Pantai Sraung salah satu obyek wisata yang biaya masuknya sangat tidak masuk akal, pantainya begitu indah dengan pasir putih yang.....?? bilang apa ya..  Selain itu ada 3 spot menarik yang bisa dinikmati keindahanya di pantai ini. Dan semuanya dapat dinikmati hanya dengan membayar Rp. 3000 dan karena saya naik motor dikenakan biaya tambahan Rp. 1000 untuk biaya parkir.





Sraung Spot 1

Sraung Spot 2

 Sayangnya tidak ada persewaan alat - alat yang bisa digunakan untuk menikmati keindahan ombaknya. Tidak ada perahu kayak atau alat lainya yang bisa digunakan untuk bersenang - senang. Hal lain yang bisa saya katakan dari pantai - pantai ini, tidak seperti pantai di daerah lain yang begitu ramai dengan pengunjung, pantai - pantai ini suasananya sangat sepi. Ya, Pantai serasa milik sendiri.

Salah satu hal yang paling saya suka dari Pacitan adalah hotelnya yang sangat murah. Hotel Pacitan yang letaknya di seberang jalan Alun - Alun Pacitan, sewa kamarnya dimulai dari harga Rp. 30.000. Fasilitas yang didapat berupa 2 tempat tidur, kamar mandi dalam, dan sarapan pagi Nasi Goreng ditemani dengan Teh Hangat.
















Contingency Table

Terdapat beberapa metode atau indeks evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas sebuah algoritma clustering. Hasil yang didapat dari beragam metode tersebut dapat berbeda karena pendekatan yang dipakai pun berbeda. Ada beberapa pendekatan kriteria yang dapat digunakan dalam melakukan evaluasi, yaitu pendekatan dengan kriteria eksternal dan pendekatan dengan kriteria internal (Arie Karhendana : 2008).

Pertanyaan yang paling sering timbul dalam evaluasi sebuah algoritma clustering adalah seberapa baik solusi clustering  jika dibandingkan dengan pengelompokan yang dilakukan oleh manusian. Himpunan data yang sudah dikelompokan secara manual ini, menjadi informasi eksternal yang dapat digunakan untuk evaluasi suatu algoritma clustering. Evaluasi dengan kriteria eksternal dilakukan dengan membandingkan informasi eksternal ini dengan hasil solusi algoritma clustering. Sehingga untuk melakukan evaluasi dengan kriteria ini, diperlukan koleksi uji yang sudah dikelompokan sebelumnya secara manual. 

Informasi eksternal yang digunakan dalam melakukan validasi berupa solusi cluster L  yang sudah dibuat sebelumnya. Setiap objek dimasukan ke dalam sebuah cluster (pada koleksi uji, biasanya disebut label) Li dimana banyaknya cluster dalam L tidak harus sama dengan banyaknya cluster pada C.

Terdapat beragam metode evaluasi yang memanfaatkan kriteria eksternal. Umumnya metode tersebut menggunakan contingency table seperti pada tabel berikut :  
Keterangan : 
 a = banyaknya pasangan objek yang berada dalam cluster C yang sama dan memiliki label L yang sama (true positive). 
 b = banyaknya pasangan objek yang berada dalam cluster C yang sama dan memiliki label L yang berbeda (false positive). 
 c = banyaknya pasangan objek yang berada dalam cluster C yang berbeda, namun memiliki label L yang sama (false negative). 
 d = banyaknya pasangan objek yang berada dalam cluster C yang berbeda, dan memiliki label L yang sama (true negative).
 

 

Beberapa metode yang umum digunakan adalah sebagai berikut : 
Indeks Overlap : Evaluasi dilakukan dengan membandingkan cluster hasil algoritma dengan label yang terdapat pada koleksi uji. Jika diketahui ā = (a + b)(a + c)

a.  Indeks Rand
Indeks Rand

b. Indeks Jaccard
Indeks Jaccard


c. Indeks Fowlkes-Mallows
Indeks Fowlkes-Mallows

d. Statistik Gamma Hubbert (T-statistic)
T-statistic

Purity : pengukuran purity dilakukan untuk mengukur seberapa “murni” solusi clustering yang diperoleh. Metode ini dikembangkan dari perhitungan precision yang berasal dari bidang Information Retrieval



Nilai purity dapat diperoleh dengan mencari precision maksimum untuk setiap cluster.
Nilai Purity
F-Measure : F-Measure merupakan nilai antara 0 sampai 1 yang mewakili keseluruhan kinerja sistem yang merupakan penggabungan antara precision dan recall yang biasa digunakan pada bidang Information Retrieval. Precision dihitung dari jumlah pengenalan bernilai benar oleh sistem dibagi dengan jumlah keseluruhan pengenalan yang dilakukan oleh sistem, sedangkan recall menyatakan jumlah pengenalan entitas bernama bernilai benar yang dilakukan sistem dibagi dengan jumlah pengenalan entitas bernama, yang seharusnya dikenali oleh system.
Nilai Recall
F-Measure